Setelah baca cerbung ini mungkin
kalian akan ngirain gue adalah orang yang paling bego bin tolol karena mau di
modusin banyak cowok. Namun, itulah yang gue alami. Gue belajar satu hal dari perjalanan cinta
gue yaitu…
Doa, Usaha, dan Berjuang.
Tiga hal yang selalu membuat gue selalu semangat dalam menjalani hari-hari gue
yang sangat amat terpuruk.
CHAPTER 1.
Nama gue Shelvi. Gue masih
duduk di bangku sekolah menengah. Gue anak sulung atau pertama dari dua
bersaudara. Cinta? Gue mulai mengenal cinta semenjak gue duduk di bangku sd
kelas 5. gue masih inget gimana cara gue dapetin cinta pertama gue. Buat kalian jangan di contoh ya!
Oh ya, gue lahir di kota yang terkenal dengan kota kembang. Bandung.
Mulanya, gue tinggal di daerah cikampek, Jawa Barat. Namun karena tuntutan dari
orangtua gue yang harus pindah ke rumah baru gue di Bogor. Gue
sempat menolak tapi hal itu tetap akan di laksanakan. Gue gak bisangelakuin
apa-apa lagi. Seminggu sebelum gue
pindah, gue dan sahabat-sahabat gue mengadakan project perpisahan gue. Terdengar
agak sedikit berlebihan. Tapi gue menikmati project tersebut. Kami melakukan
banyak kegiatan yang mengasyikkan.
Itu gak akan gue lupakan. Bahkan sulit untuk gue
lupakan. Thanks guys.
Seminggu berlalu, tepat pukul 08.00 pagi. Gue dan
keluarga gue resmi pindah dari tempat yang telah membuat hari-hari gue
tersenyum bersama sahabat-sahabat gue. Rumah
baru kehidupan baru. Kehidupan yang gak akan pernah gue sangka. Gue benci
dengan hal-hal yang baru.
Pagi itu, ayah gue mengenalkan sekolahan baru gue. Dan hari
itu juga gue resmi menjadi bagian dari smp Harapan Jaya. Mata gue tertancap tajam saat
melihat-lihat setiap sudut ruangan. Cukup bagus. Lapangan yang sangat luas.
Lingkungan yang cukup bersih. Indah!
“Selamat Pagi, Pak. Bapak wali dari siswi baru ini?” Seorang pria berkumis tebal mengulurkan tangan nya ke
hadapan ayah gue. Sambutan itu di respect oleh ayah gue.
“Selamat Pagi. Iya betul pak” jabatan tangan terjadi. Bapak berkumis tebal
itu bercakap-cakap dengan ayah gue. Gue gak peduli. Gue masih memperhatikan
setiap sisi dari sekolahan tersebut. Kebetulan pagi itu, siswa-siswi
melaksanakan kegiatan yang biasa di lakukan pada hari senin. Upacara.
“Ini anak saya pak. Namanya Shelvia Anatasya.” Bokap gue nunjuk gue dan melirik mata gue sebagai kode ke
gue. Gue pun langsung dapat menangkap
kode tersebut. Gue senyum penuh hormat ke bapak berkumis tebal itu. Bapak itu
senyum balik ke gue dan melihat-lihat hasil raport gue “Anak bapak berprestasi. Sebentar ya pak,
saya panggilkan wali kelas yang akan mengantar anak bapak ke kelas baru nya”.
Kenapa sih gue mesti pindah ke
sekolahan yang kubu gini? Katrok! Gak level sama gue. Beda jauh! Hati gue bergerutu. Gue sebenarnya gak mau pindah ke
tempat yang norak kayak gini. Arggghhhh!!
Seorang Bapak berkepala plontos datang menemui bapak
berkumis itu. Gue yakin pasti tu orang adalah wali kelas gue nantinya. OMG,
dunia bakal kiamat! “Bapak memanggil saya?” bapak berkepala plontos itu pun duduk tanpa di
komando. “iya, tolong antarkan anak ini
ke kelas anda”.
“Baik
pak” bapak itu berdiri serta mengajak gue ke kelas nya yang gue perkirakan akan
sangat amat buruk.
****
Semua dimulai, disini lah gue. Ditempat yang gue gak akan pernah duga akan
datang dan belajar di sini. Tempat yang 100% berbeda dengan sekolahan gue yang
dulu. Semua yang ada di kelas itu amat kotor bahkan semua muridnya pun
terlihat. Semua melihat gue dengan
tatapan bingung. Peduli amat!
“Ini
kelas kamu shellvi. Semoga kamu betah sekolah disini” dengan setengah hati gue
menjawab “terima kasih pak”. Bapak itu pergi meninggalkan gue di kelas kumuh itu. Gue
duduk di bagian dua dari belakang. Mata
gue tak terlepas dari setiap sudut ruangan kelas tersebut. OMG, ini
bakal jadi kelas gue? Oh no!!
Gue
menatap satu persatu teman-teman baru gue. Semua gak ada yang ganteng dan
terlihat bersih tanpa noda. Terutama teman sebangku gue. Tubuhnya gendut banget. Gue gak
bisa bayangin gimana kalo nanti gue temenan sama dia. Satu persatu dari mereka
mendekati gue. Gue hanya bisa senyum. Itupun terpaksa.
Temen sebangku gue tersenyum ke gue kemudian
mengulurkan tangannya sebagai tanda ingin kenalan sama gue. “Nama kamu siapa?”
gue mengambil tangannya dan jabatan tangan pun terjadi “Panggil aja Shellvi” gue
tersenyum.
“Aku Ara. Salam kenal ya”
“iya. Makasih ya” gue tersenyum simpul.
“kamu pindahan dari mana?” belum sempat menjawab,
ada pertanyaan baru yang dilontarkan seorang cewek yang berhijab. “Handphone Lo merk apa?”. Banyak pertanyaan yang
mereka lontarkan sehingga gue bingung akan menjawab yang mana.
“Tanyanya
satu-satu dong” semua terdiam. Gue jadi salah tingkah. Apa mereka marah ya?
Suasana hening seketika. Keheningan itu gue pecahkan dengan menjawab pertanyaan
dari teman sebangku gue.
“Gue
pindahan dari SMPN 1. Ada
pertanyaan lagi? Oh iya, salam kenal dari gue untuk kalian semua” senyuman
termanis gue tunjukan kepada mereka.
Dengan
kompak mereka menjawab “OHhhhhhh….”.
Tak
lama kemudian, Seorang guru datang ke kelas gue. Gue gak nyangka ternyata tu guru
adalah bapak berkepala plontos tadi. Bapak itu bernama Pak Wodi. Dia adalah
seorang guru Fisika sekaligus menjadi wali kelas gue.
“Selamat pagi anak-anak!”
“pagi pak!”
“Kalian sudah bertemu dengan teman baru kalian
kan?”
Dengan
kompak mereka menjawab “Sudah pak”. Tatapan Bapak berkepala plontos itu sangat
tajam. Dia menatap ke gue sebagai kode. Tanpa di komando lagi, gue berdiri di depan kelas.
Dari sini sangat amat nyata raut wajah teman-teman baru gue. Entah kenapa, mata
gue berhenti pada satu cowok yang menurut gue berbeda dengan semua cowok di
kelas ini. Gue belum mengenal siapa dia tapi yang jelas gue merasa ingin
mengenalnya lebih jauh.
“Perkenalkan diri kamu” ucap bapak berkepala
plontos itu.
Dengan senang hati gue memperkenalkan diri. “Hai
guys, nama gue Shellvi. Gue pindahan dari
SMPN 1. mungkin kalian udah tau dimana sekolah tersebut. Salam kenal dari gue.
Semoga kita bisa jadi teman baik”. Senyuman terbaik gue lontarkan.
“Haiiiiii........” suara mereka menggerumu di kelas itu.
“Baiklah, kamu boleh duduk” gue pun duduk namun
sebelum itu gue mengucapkan “Terima kasih pak”.
Pelajaran dimulai. Gue banyak bertanya-tanya
kepada teman sebangku gue mengenai pelajaran dalam satu minggu dan semua yang
berada di kelas itu.
****
Teng...Teng....
Bel tanda istirahat telah
berbunyi. Hal ini lah yang selalu gue tunggu. Kali ini gue harus jajan dan main dengan satu orang teman saja. Ya
maklum aja, namanya juga anak baru. Satu orang tersebut adalah teman sebangku
gue, Ara. Setiap sudut dari sekitar sekolahan ini tak lepas dari pandangan
gue. Dalam hati gue sangat amat berharap agar cepat PULANG. Gue gak tahan di
sekolah baru ini. Gak ada sahabat. Gak ada siapa pun yang dapat gue tertawa.
Hidup gue sunyi tanpa kesenangan.
Menit demi menit berlalu, gue ngejalani itu semua dengan setengah hati. Tak lama, Bel tanda masuk berbunyi. Gue dan semua anak
di sekolahan itu masuk ke kelas masing-masing.
3 Jam berlalu….
Bel yang gue nanti-nanti akhirnya berbunyi juga. Bel tanda pulang. Secepat
kilat gue membereskan buku-buku di atas meja gue. Inilah yang gue
tunggu-tunggu.
“Sikap! Beri Salam!!”
Kami semua berdiri dan
memberikan hormat untuk pulang. “Assalamu’alaikum wr.wb”. “Silahkan pulang”
bapak itu keluar dan kemudian diikuti oleh langkah kaki kami semua.
Gue pulang terakhir. Padahal niat gue ingin pulang
lebih awal tapi sialnya pena kesayangan gue hilang. Entah kemana. Mata gue
bolak-balik mencari dimana pen gue. Masa iya baru
pertama masuk pena gue sudah hilang aja??
Tak sengaja gue menemukan
sebuah lembar kertas di samping kursi gue. “Apa ya isinya?” gue pun membuka dan
membaca isi surat tersebut.
.
.
BERSAMBUNG :D
gimana cerbung gue? bagus gak? kasih komentar dong, tunggu di part selanjutnya ya ;)