Entri Populer

Selasa, 30 Desember 2014

Complicated Love #CHAPTER 1


Ini cerita baru karya saya. Cerita yang berbentuk novel namun belum dibukukan. Karena ini baru saya buat, dan baru saya publikasikan. Cerita ini hanyalah Cerita Fiksi. Tidak bermaksud menyinggung. Saya harap kalian dapat menikmatinya. Dan mohon maaf apabila ada kesamaan nama, tempat, dan banyak kekurangan dari tulisan, kalimat dll. Saya baru belajar. Terima kasih! Selamat membaca!
.
.
.
.
.
                Cinta. Banyak yang berkata cinta itu aneh. Sebenarnya cinta itu tidak aneh tapi kita yang menjalaninya yang aneh. Kita tidak pernah berpikir panjang dari apa yang kita lakukan. Itu yang membuat kita menjadi aneh.
                Cinta. Cinta itu indah jika kita dapat memahaminya. Dapat saling percaya satu sama lain. Dapat menerima segala perbedaan yang ada baik itu merupakan fisik, rohani, ataupun apapun.
                Cinta itu buta. Buta tak dapat melihat yang mana yang baik dan yang mana yang buruk. Cinta hanya dapat menyimpulkan komitmen dengan sekejap mata tanpa mendalaminya lebih lanjut.
                Cinta membuat hidup berwarna dan tak berwarna. Cinta hanya dapat membuat luka jika kita tak dapat menjaganya. Jaga mata, jaga hati, jaga tingkah laku, dan jaga pikiran.
                Seperti yang sedang saya rasakan. Saya alami. Dan saya perbuat. This is my Story.

CHAPTER I.
                Dua tahun yang lalu, saya pernah mempunyai seorang sahabat kecil. Saya dan dia sudah bersama sejak masih dalam kandungan. Namun, kebersamaan itu harus musnah. Dikarenakan satu hal yang membuat saya harus meninggalkan sahabat kecil saya. Saya yang dulu masih berumur 15 tahun, pindah rumah dari Palembang ke Jakarta. Hal ini dikarenakan papa saya mengambil tugas di Jakarta.
                Dua minggu setelah saya pindah rumah. Sahabat kecil saya tak pernah mengabari saya lagi. Saya selalu berusaha menelpon, sms, whatsapp, Chatting, tapi tak pernah ada balasan. Saya tidak tahu kenapa dan mengapa. Apa salah saya? Selama ini, saya merasa tak pernah berubah dalam hal sikap atau apapun.
                Saya merenung. Berpikir, kenapa dia tak dapat saya hubungi lagi. “Kemana kamu? Aku mencarimu. Andai aku dapat kembali. Aku akan segera kembali menemuimu. Aku merindukanmu disini.” Pikiranku tak lepas dari sahabat kecilku.
TOK TOK TOK....
                “Ya? Sebentar!” saya membuka pintu kamar saya. KREKK~. “Ohh abang. Ada apa bang?”. Ternyata itu adalah abang saya, Aditya. “Gak papa. Abang Cuma ngecek kamu aja. Kenapa kamu gak keluar-keluar kamar dari tadi? Kamu ngapain?”.
Saya terdiam, kembali merenung. Abang saya merangkul saya. “Kamu kenapa?”. Saya merunduk seraya berkata “Aku kangen Chelsea bang. Aku gak pernah kontak-kontakan lagi sama dia”.  Chelsea adalah nama dari sahabat kecil saya. “Lho kenapa?”. Saya menggeleng-gelengkan kepala “Aku gak tahu bang. Aku ngerasa aku gak pernah berubah kok tapi gak tau kenapa nomer dia gak bisa aku hubungi lagi. Aku juga udah ngewhatsapp, ngechat, ngePing, tapi gak ada respon. Aku bingung bang”.
“Hem.. mungkin dia ganti SIM Card dan lupa ngasih tau kamu. Atau mungkin handphone dia hilang. Kan bisa jadi gitu. Udah! Sekarang kamu gak usah sedih-sedih lagi. Kan ada abang, ada Dek Cindy, ada papa, mama, kamu gak sendirian kok.” Saya mengangguk. “Senyum dong” abang saya memegang pipi dan berusaha membuat saya tersenyum kembali. Saya pun kembali tersenyum. “Nah, gitu dong kan cakep nya kelihatan”. Saya mengangguk. “Sekarang kamu ikut abang. Selama dua minggu ini kamu gak pernah ke sekolah lagi kan? Sekarang kamu harus sekolah lagi.”
“Tapi bang, aku sekolah dimana?”. Abang saya tersenyum lalu berkata “Ya udah makanya ikut abang. Sekarang kamu ganti baju dulu deh. Terus kita pergi ke sekolahan kamu. Abang jamin sekolahan kamu pasti bakalan lebih bagus daripada sekolahan kamu yang dulu”. Saya menggangguk. Abang saya meninggalkan saya.
BEBERAPA MENIT KEMUDIAN...
                Saya keluar dari kamar saya dan segera menuju ke lantai bawah. Kamar saya berada di lantai dua. Sebelumnya saya dan keluarga saya menginap di salah satu apartemen milik kakek saya. Yang berada tepat didaerah Bundaran HI, Jakarta Pusat.
                “Sudah siap?” tanya abang saya yang telah berada digarasi mobil. “Iya. Kita perginya naik mobil?”. Abang saya mengangguk yang berarti IYA. Saya segera masuk kedalam mobil saya. Abang saya pun masuk ke dalam mobil. Mobil bermerk HONDA JAZZ (RED) berplat nomer B 1998 AB melaju dijalanan raya.
TAK LAMA KEMUDIAN...
                Disini lah saya “SMA NEGERI 8 JAKARTA SELATAN”. Sekolahan yang bagus, bersih, dan nampaknya tertib. Saya menginjakkan kaki saya untuk pertama kalinya digedung yang akan menjadi sekolah baru saya.
                “Kok diam aja disitu? Ayo masuk!”. Saya mengangguk. Kaki saya mulai berjalan langkah demi langkah. Tibalah saya didepan pintu RUANG KEPALA SEKOLAH. Saya masuk dan wahh! Saya sangat terkejut. Piala, Medali, Dan piagam terpampang banyak disebuah lemari kaca yang besar.
 “Silahkan duduk!” ujar kepsek yang menurut saya masih muda. Saya dan abang saya duduk dan abang saya mengeluarkan seberkas map yang isinya hasil dari belajar saya dua minggu yang lalu. “Bagus!” pak kespek membolak balikkan lembar demi lembar kertas. “Bagaimana Pak? Adik saya bisa bersekolah disini atau tidak?” ujar abang saya. Bapak berkepala plontos itu mengangguk seraya berkata “Ya, adik kamu bisa bersekolah disini. Nilai-nilainya cukup memuaskan”. Saya dan abang saya berhembus lega. “Mulai besok kamu sudah dapat bersekolah disini. Semoga kamu dapat membanggakan sekolahan ini”. Saya mengangguk.
“Terima kasih pak!” ujar saya dan abang saya. “Baik, saya dan adik saya permisi dulu. Sekali lagi terima kasih pak!”. Bapak itu tersenyum lalu kemudian menerima uluran tangan dari abang saya yang mengajaknya bersalaman.
Abang saya membelai rambut saya. “Besok jangan bangun kesiangan. Nanti abang yang anter kamu” ujar abang saya. “lho kok abang? Papa aja ya. Papa gak pernah lho nganter aku sekolah lagi”. Abang mengelus pundak saya dan berkata “Nanti abang bilangin ya. Insyaallah papa bisa anter kamu”. Saya mengangguk. Saya dan abang saya pulang ke rumah saya.

Sesampai disana, saya langsung masuk ke dalam kamar saya. Tanpa menjawab pertanyaan mama saya sebelumnya “Gimana gas? Diterima?”. Namun, pertanyaan itu hanya dijawab oleh abang saya. Abang saya mengangguk, ketika itu juga mama menghela nafas lega.
****
Kembali saya teringat akan sosok sahabat kecil saya, Chelsea. Entah kenapa pikiran saya tak dapat lepas dari Chelsea. Apakah saya sedang jatuh cinta? Entahlah! Saya rasa tak mungkin. Saya dan Chelsea berbeda keyakinan (AGAMA). Saya seorang muslim sementara dia adalah seorang kristiani protestan. Tak mungkin bagi saya untuk dapat bersamanya. Saya hanya ingin bersahabat dengannya. Selamanya.
Perlahan tapi pasti mata saya memejam dengan sendirinya. Bayang-bayang Chelsea masih bertengker didalam pikiran saya. Walaupun saya sedang ternyenyak dan terhanyut dalam sebuah dunia mimpi. 

BERSAMBUNG.....
Tunggu lanjutannya minggu depan ya :) Terima kasih!